Header Ads

Maestro Sepak Bola Wonoharjo



Jika anda sudah lahir pada era 90-2000an, dan sudah paham tentang hiburan sore di lapangan tercinta wonoharjo dikala momen Agustusan, tentunya tidaklah asing dengan dunia sepak bola wonoharjo, dan tentu saja anda tidak asing dengan salah satu tim sepakbola Antu putra Luwung namanya.
Ya tim asli yang dibuat oleh pemuda-pemuda yang di bentuk pada era 90an pada awalnya berdiri bernama GPK (gabungan pemuda kreatif) Luwung. Sempat mengikuti beberapa kompetisi domestik piala kemerdekaan di wonoharjo dan sempat meraih juara 1 beberapa kali. Pada era ini diperkuat oleh nama-nama tenar pada masanya ada Naso, Muslimin, Agus Setiawan, Tugio, Tugiman (alm), golis, Darsan, Muhtarom, saijo (alm) dan lainnya.
Seiring berjalannya waktu dan pergantian generasi tim GPK Luwung mengganti namanya menjadi ANTU PUTRA LUWUNG. Pada era ini sudah mulai muncul nama Sumarno (yalud/ganyong Ireng), Bowo damsik, Ari rawedeng, Nono Damun, Yadi gudel, Udin, Aris Boneng, sadak nanang, Darwan, jawik Sukiwan, sirin koprale, Uun bukung, joko, Wiwit cipot, Rohman Komeng, Krisna, Wawang, Hendri jendrik, Budi bodet, Hari, cinane, Heri dan beberapa nama lain dengan embel-embel yang masih diingat oleh penonton era 90an pastinya.
Diera 90an Sumarno menjadi pemain yang sangat fenomenal debut bersama tim kebanggaan Antu putra Luwung sebagai mesin gol dan aktor kreatif mengacak-acak pertahanan lawan yang menjadikan kocar-kacir bek lawan dengan gocekan khas liak liuknya.
moncer dengan skill olah bola dan akurasi tembakan ke gawang, Sumarno sendiri kerap dikontrak oleh beberapa klub lain Wilayah dan lain desa, bahkan beberapa kali mendapat panggilan untuk memperkuat timnas kecamatan Rowokele bertanding di stadion candradimuka Kebumen di era keemasannya.
Ya Sumarno merupakan salah satu legenda hidup sepak bola Wonoharjo yang asli kelahiran dukuh Luwung dan masih aktif bermain hingga sekarang dan membimbing juniornya ataupun sekedar olahraga untuk kesehatan pada tiap sorenya.
" Usia dan umur tidak menghalangi untuk tetap berolahraga sepakbola yang memang menjadi hobi saya, sebab menjaga kesehatan tubuh salah satu caranya adalah dengan berolahraga rutin" menurut penuturan Sumarno.
Gelar pribadi dari berbagai turnamen berhasil disabet mulai dari top skorer kompetisi kemerdekaan cup yang rutin diadakan dilapangan Langenmami tiap tahunnya, Sumarno juga kerap ditunjuk menjadi kapten tim untuk memimpin rekan setimnya di lapangan.
Bahkan dari informasi terbaru yang berhasil kami himpun, Sumarno masih juga aktif memperkuat tim BMW (Bola mania Wonoharjo) dan yang terbaru berhasil membawa Wonoharjo menjuarai kompetisi Trofeo mudik cup ke 12 pada tahun 2022 ini.
Antu putra pada jaman dahulu dengan kostum kebanggaannya biru sebagai warna dasar dan dipadukan dengan pelet merah dan putih. Dengan kostum ini sudah melanglang buana mengikuti kompetisi dimana-mana, prestasi yang paling membanggakan adalah juara 1 antar klub pada tahun 2004 di Prembun Banyumas.
Dan yang terakhir juara 1 pada tahun 2006 di desa kuntili Sumpiuh mengalahkan kompas Sumpiuh lewat drama adu pinalti pada saat itu.
Dikompetisi domestik wonoharjo sangat mendominasi untuk perolehan gelar juara dari tahun ke tahun, kerap bertemu dengan tim satu kota Luwung yakni tim Putra selatan ndukuh dan kerap bertemu dipartai Final. Bahkan yang paling fenomenal yang masih teringat jelas disaat kompetisi kemerdekaan cup dulu mengundang tim luar desa ada dari wagirpandan, Jatiluhur dan bumi agung. Bumi agung yang kala itu diperkuat oleh pemain-pemain top luar biasa skillnya dan berasal dari luar kota.
Tapi yang sungguh membuat takjub pada kala itu masih belum mengenal sepak bola menggunakan sepatu, pada jaman dahulu masih murni memakai kaki atau paling modis pakai kaos kaki di dobel. Tapi sungguh luar biasa antusias penonton pada saat itu. dengan komentator yang khas, lucu dan menghibur dari mister Tugio pada waktu itu.
Pada saat bertemu dengan bumi agung vs Antu putra dipartai Final sempat bermain imbang diwaktu normal, akhirnya diadakan adu pinalti, tapi yang menarik sudah 11 penendang mengeksekusi dan semua berhasil dari kedua tim kemudian diulang satu kali lagi juga Masih imbang terus, maka karena pertimbangan waktu yang sudah petang dan bola sudah tidak kelihatan akhirnya wasit pak Hartoyo memutuskan untuk tahun itu juara bersama.
Sungguh di luar dugaan pemain lokal desa bisa mengimbangi permainan dan meladeni permainan tim berlebel pemain yang full skil. Luar biasa juga untuk penonton tetap setia menonton hingga malam.
yang nonton pas momen ini pasti masih ingat betul betapa jalan padat dipenuhi oleh penonton, parkiran sesak, penjual jajanan banyak, jalan sepanjang pertigaan pasar ke arah lapangan dibuat sangat ramai merayap dipenuhi lautan manusia.
Sampai saat ini nama Antu putra masih ada dan sudah lanjut ke generasi berikutnya, semoga akan tetap abadi dihati penggemarnya. Terima kasih sudah mengharumkan nama Luwung khususnya dan Wonoharjo pada umumnya melalui permainan sepak bola. Terima kasih para pemain legenda sudah membuat hiburan tersendiri pada masa dahulu hingga sekarang masih bisa untuk dikenang.(*)